Winter in Seoul (Part 1)

Sometimes you must give yourself a reward. Supaya lebih semangat, lebih giat bekerja dan merecharge mood tentunya. And here i am...

Winter in Seoul...


Tanpa butuh rencana matang. Sesederhana ajakan ‘ki, mau ikut ke korea gak?’ dan besoknya tiket pesawat sudah di tangan karna kebetulan hari itu hari terakhir promo travel fair salah satu maskapai terkemuka di Indonesia. Tapi bukan juga tanpa pertimbangan matang, kebetulan saat itu saya punya rencana lain yang cukup menguras rekening. Tapi setelah mengesampingkan altruisme, Seoul i’m cominggg...

     Karena kemampuan komunikasi dan bahasa asing saya yang cukup mengenaskan (saking malesnya ngomong pake bahasa asing, disana saya cuma pake 3 magic world hehehe) ditambah penyakit disorientasi arah (a.k.a lemot) yang terkadang butuh waktu lama untuk membedakan kanan dan kiri, saya dan rombongan menggunakan jasa travel backpacker. Liburan kali ini rasanya hampa tanpa Samchon berinisial BW. Satu-satunya cowok di kelompok tour kami yang paling rempong, yang bawa dua koper segede alahium gambreng yang awalnya kami curigai sebagai tempat penyelundupan manusia. Ritual rutin kami sebelum tidur adalah ngebahas kelakuannya yang selalu buat kami menggelengkan kepala.
Perjalanan kami dimulai dengan penerbangan malam. Penerbangan kami cukup ramai karena kebetulan ada rombongan anak SMA. Keramaian mereka sukses membuat kami terjaga dari tidur saat menunggu di ruang tunggu pesawat. Untungnya kegaduhan mereka tidak berlanjut di dalam kabin pesawat. Di dalam pesawat kursi saya terpisah dengan Anov dan Iin karena perbedaan kode booking. Saat pemesanan tiket saya order belakangan karena berharap dapat harga yang lebih murah dengan promo kartu kredit. Ternyata kuota promo kartu kredit sudah habis, alhasil pada akhirnya harga tiket saya justru sedikit lebih mahal. Padahal sudah susah payah tanya sana sini untuk dapetin pinjaman kartu kredit. Yah whatever will be, will be. Yang penting jadi jalan-jalan. Siapa tahu dapat bonus pengalaman kayak di drama korea, sebelahan kursi dengan artis Korea atau oppa oppa macem Rain, pikir saya saat itu. Beneran sih sebelahan sama Cowok Korea dan opa opa. Sayangnya opa tanpa double P (opa kakek,red). Di perjalanan kami nggak ngobrol sama sekali dan agaknya bakal ganggu yang lain juga kalo tengah malem ngobrol (padahal karena males ngomong bahasa inggris). Interaksi saya dan Opa Korea cuma sebatas nyolek beliau karena saya mau numpang lewat ke toilet. By the way baru kali ini saya buang air di toilet pesawat. Karena di penerbangan domestik kan cuma sebentar jadi panggilan alam masih bisa ditunda. Ternyata WC di pesawat itu nggak ada airnya dan flushnya pake angin semacam vaccum cleaner (Maaf kalo norak hehehe). Berada di atas langit selama 7 jam lebih di malam hari itu pengalaman yang baru juga buat saya. Apalagi saat itu sedang musim hujan, saya nggak bisa tidur sama sekali di pesawat. Untungnya terobati dengan pemandangan perubahan warna langit yang cukup menyejukan mata. Pesawat kami mendarat pukul 07.30 pagi waktu Incheon.





Welcome to South Korea..

       Ada sedikit drama di Bandara Incheon yang bikin kami cukup panik, si Iin sempat ditahan di Counter ­Imigrasi. Alasannya karena ada kesalahan ketik di masa berlaku visa. Untungnya prosesnya nggak lama hanya beberapa menit. Setelah konfirmasi dengan pihak Kedubes Korea di Indonesia, Iin diperbolehkan masuk. Setelah ambil koper yang kami taruh dibagasi, kami bertemu di titik kumpul dengan Guide perjalanan kami kali ini. Kami meluncur ke guesthouse kami di Itaewon naik AREX. Karena ­kita menggunakan jasa travel backpacker, Perjalanan kami ya ala backpacker dengan memanfaatkan kendaraan umum (Bis dan Subway) dan penginapan pun di guesthouse bukan di hotel. Biarpun butuh sedikit effort tapi malah lebih dapet sih pengalamannya menurut saya.

         Samchon BW yang tadinya kami pikir bisa diandalkan eh malah sebaliknya justru balik mengandalkan kami. Koper samchon hampir gelinding di eskalator sampai akhirnya ditangkap Iin lalu gantian kopernya iin yang gelinding ke arah saya dan saya jelas panik. Kalo ini adegan drama korea harusnya ada cowok ganteng yang tiba-tiba dateng untuk nangkap koper dan menyelamatkan saya, unfortunetally it’s not. Setelah hampir seminggu di south korea, In my opinion anak muda disana itu cuek cuek typical anak muda jaman sekarang yang tenggelam sama gadgetnya. Contohnya waktu koper saya jatuh di subway, oppa Korea nggak bantuin saya untuk diriin kopernya. Yah, gagal modusin oppa Korea yang baru pulang wamil deh :v

Di Stasiun Itaewon drama backpacker kami bertambah karna kami harus mendaki puluhan anak tangga dengan menggeret-geret koper dan tas yang penuh pakaian tebal tentunya. Lift disana kebanyakan dikhususkan untuk manula, ibu hamil dan penyandang disabilitas. Mungkin itu rahasia kenapa orang korea langsing-langsing. Disana kebanyakan orang mengandalkan transportasi umum atau jalan kaki untuk jarak dekat. Beda banget sama di indonesia yang kadang cuma jarak selemparan batu aja naik motor. Motor disana lebih dimanfaatkan untuk jasa ekspedisi. Dan yang bikin kagum, disana itu jarang banget ada tempat sampah tapi jalanan dan pasar selalu tampak bersih. Pada akhirnya kami tetap ngumpet-ngumpet naik lift sih, jangan ditiru kelakuan turis nakal macam kami ya.

        Destinasi pertama kami diawali dengan kunjungan rohani (baca : sholat) ke Masjid Raya Itaewon. Masjid yang cukup luas, untuk menuju tempat sholat wanita kami harus menaiki puluhan anak tangga. Tempat wudhu disana berada di luar, bayangkan rasanya mengambil air wudhu di udara terbuka saat suhu mendekati nol derajat celcius. Kebetulan hari itu saya sedang berhalangan, jadi di saat yang lain kedinginan saya langsung ambil posisi di depan heater hehehe.
Setelah sholat kami check in ke Guesthouse yang lumayan hits di daerah Itaewon. Guesthouse kami punya rooftop yang sering jadi tempat syuting dan darisana kami bisa lihat Namsan Tower dari kejauhan.
Namsan Tower
Rooftop

Melihat Namsan Tower dari kejauhan jelas gak cukup dong. Icon kota seoul yang satu itu merupakan destinasi wajib turis di korea. Setelah cuci muka dan beresin perlengkapan kami meluncur kesana dengan menaiki Bus.



Gak lengkap rasanya kalo ke Namsan tanpa meninggalkan jejak gembok cinta. Dasar gak modal, jejak kami berempat kami tulis di satu keychain yang mana sisi belakangnya sudah dipakai orang lain (Gembok bekas,red)
we were here
how far i'll go?


Menjelang malam di Namsan kami merasakan sensasi suhu minus plus angin kencang untuk pertama kalinya. Brrrrrr.. pengalaman winter yang sebenarnya baru dimulai. 

      Karena ingin merasakan gimana rasanya jadi anak gaul seoul, kami langsung meluncur ke Hongdae. Disana biasanya banyak anak muda yang menampilkan performing art, tapi karna suhunya sedang gak bersahabat jadi gak seramai biasanya. Saya sudah gak mood untuk jalan-jalan karena kelelahan. Bagaimana tidak? kami baru sampai di Korea pagi ini setelah penerbangan malam dari Indonesia. Bahkan saya semalam tidak tidur. Ditambah angin kencang dan suhu dibawah no derajat celcius, Ingin segera berbaring tidur dibalik selimut rasanya.Tapi karena Iin dan Anov mau makan malam akhirnya kami mampir ke salah satu tempat makan. Tadinya yang mau makan cuma mereka berdua tapi ternyata kata oppa pelayan harus makan semuanya gak boleh numpang duduk doang (iyalah! hehehehe), Alhasil kami semua ikut makan malam. Setelah makan ada insiden dimana tas Samchon ketinggalan di tempat makan, padahal loh tas ranselnya itu isinya 2 kamera pro yang beratnya lumayan. Bisa-bisanya lupa gitu. Untungnya gak hilang. Itu lah salah satu kelakuan ajaib samchon yang bikin kami geleng-geleng kepala.

     Agenda kami di keesokan harinya adalah ke Common Ground, Ihwa Mural Village dan Dongdaemun Design Plaza.
Common Ground

Waktu sampai Common Ground kebetulan ada Grand opening Twice Pop up Store. Kami sempat ikut antri, karena memakan lumayan waktu kami keluar dari antrian. Saya gak kenal Twice itu siapa atau apa, cuma ikutin arus. Tiga dari Lima orang rombongan ini adalah KPOPers dan/atau fangirl. Kalau saya sih cuma akhir-akhir ini rajin nonton drama karna kehidupan yg membosankan dan butuh penyegaran mata. Di perjalanan ini saya lebih excited karna ingin ngerasain pengalaman winter. Dulu saya sempat punya mimpi mendaki jaya wijaya buat ngerasain salju di Indonesia, tapi kok sekarang naik tangga ke lantai 2 saja kutak sanggup bernafas lega ;(
spot foto wajib

Ihwa Mural Village ini saya nobatkan sebagai destinasi paling menguras tenaga, karena untuk menuju kesana harus melewai ratusan anak tangga yang lumayan curam. 
Dan Unfortunetaly, banyak mural/grafiti yang dihapus/di cat ulang. Jadi spot foto-fotonya tinggal sedikit. Untungnya gak jauh darisana ada taman yang lumayan bagus, Naksan Park. Akhirnya disana kami jadi model dadakannya samchon.




Dan beruntungnya lagi disana ada salju yang belom cair. Yeayyyy... karena di hari sebelumnya kami belum kesampean liat salju walau cuma becekannya ;(


Malamnya perjalanan kami berlanjut ke Dongdaemun Design Plaza (DDP). Udara saat itu luar biasa dingin mencapai minus 8 derajat celsius. Walaupun udara dingin melihat bunga-bunga menyala di DDP is a must.

Ada sedikit cerita lucu soal kedinginan, ya lagi-lagi tentang kelakuan samchon yang buat kami geleng-geleng kepala. 
Karena cuaca yang super dingin kami pakai Hotpack untuk menghangatkan badan. Hotpack ada yang berbentuk seperti koyo (ditempel) dan ada yang berbentuk semacam pasir yang kalau dikocok akan mengeluarkan hawa panas. Bedanya sama koyo, Hotpack yang bentuknya ditempel itu gak boleh langsung kena kulit. Nah, karena saking dinginnya, si Samchon pake hotpack itu langsung nempel ke puser-nya. Alhasil pusernya kebakar/iritasi -_-

Bersambung di posting berikutnya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Feel free to drop a comment :)