Bahagia itu sederhana. Bahagia sama dengan tawa. Bahagia adalah ketika mendapat mainan baru. Bahagia adalah ketika menang bermain monopoli. Bahagia adalah punya banyak uang. Setidaknya itu lah yang ada di benak saya beberapa belas tahun lalu, saat masih kanak-kanak. Kini, waktu sedikit banyak telah memetamorfosiskan makna ‘bahagia’ di otak saya. Bahagia masih sederhana tetapi terkadang sebaliknya, bahagia itu kompleks. Sekompleks persamaan Bernaouli. Namun, masih ada hal yang lebih kompleks dari bahagia, yaitu membuat orang lain bahagia.
Bahagia akan menjadi sederhana ketika kita mengerti apa esensi dari ‘bahagia’ itu sendiri. Begitu pun dengan membuat orang lain bahagia. Kebahagiaan layaknya intangible asset, tidak berwujud tetapi dapat melahirkan manfaat. Satu hal yang harus kita garis bawahi, kebahagiaan tidak dapat diukur secara reliable. Sampai saat ini belum ada ahli yang dapat merumuskan kebahagiaan secara matematis, bahkan Enstein sekalipun. Mungkin itu lah yang menyebabkan kebahagiaan tidak dikategorikan sebagai aset keuangan.
Lalu, apa itu bahagia? Menurut saya, bahagia merupakan salah satu bentuk positif dari perasaan. Ia tidak akan hadir jika kita mencarinya. Semakin kita mencari, ia akan semakin menjauh. Kita hanya harus merasakan kehadirannya. Bahagia juga dapat dikatakan sebagai ketiadaan kesedihan. Jika ingin bahagia, sejenak kita harus melupakan kesedihan.
Saya tidak tahu pasti apa yang membuat orang lain bahagia, apalagi caranya. Seperti kata pepatah, “ Dalamnya laut dapat diukur. Namun hati orang, tak ada yang tahu”. Tidak ada parameter yang dapat dijadikan acuan sebagai pengukur tingkat kebahagiaan seseorang. Partikel bahagia pun tidak dapat terlihat hanya dengan benda sekelas mikroskop. Bahkan tidak dengan peralatan tercanggih abad ini. Oleh karena itu, Saya hanya dapat menerka-nerka lewat benih bahagia. Seperti halnya tanaman, bahagia juga membutuhkan benih agar dapat tumbuh. Namun, pertumbuhannya juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Faktor-faktor lain ini lah yang membuat orang tidak merasa dirinya bahagia.
Membuat orang lain bahagia dapat dimulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu, seperti memberikan senyuman kepada orang lain ataupun memberikan salam kepada orang-orang sekitar. Dengan perlakuan seperti itu, mereka akan merasa teristimewa, diperhatikan, dan diakui keberadaannya. Tumbuh lah satu benih bahagia.
Di tingkat yang lebih tinggi, membahagiakan orang lain dapat dilakukan dengan memberikan pujian (achievement) atas prestasi yang telah dicapainya. Hal ini akan membuat mereka merasa bangga akan dirinya. Tumbuh lah benih bahagia kedua.
Kejutan tidak selamanya buruk. Tidak ada salahnya jika kita sesekali memberikan kejutan kepada orang-orang yang kita sayangi, Baik berupa kejutan ulang tahun ataupun sekedar ucapan-ucapan yang dapat membangkitkan semangatnya. Sama seperti contoh pertama, hal ini membuat seseorang merasa teristimewa.
Ada kalanya orang-orang di sekitar kita membutuhkan bantuan. Alangkah baiknya jika kita bersedia membantu tanpa atau sebelum mereka memintanya. Untuk itu, kita harus peka dan sensitif terhadap lingkungan sekitar. Dengan begitu, mereka akan merasa dimengerti. Tumbuh lah benih bahagia ketiga.
Ketika orang yang kita sayangi bersedih ataupun merasa kecewa akan suatu pencapaian. Disana lah kita harus memberikannya suntikan semangat dan motivasi. Dengan begitu, mereka dapat bangkit dari keterpurukan dan kadar kesedihannya berkurang sampai titik nol. Saat itu lah benih bahagia lain tumbuh.
Dari beberapa contoh di atas, saya menyimpulkan bahwa ada enam cara menumbuhkan benih bahagia. Yaitu:
1. Membuat orang lain merasa teristimewa
2. Membuat mereka merasa diakui keberadaannya
3. Membuat orang lain merasa bangga akan dirinya
4. Memberikan perhatian kepada orang lain
5. Mengerti dan memahami keadaan orang lain, dan
6. Memberikan orang lain semangat dan motivasi.
Namun, keenam hal di atas saja belum cukup. Dibutuhkan pula keluwesan hati dari kedua belah pihak yang terlibat. Jika hati kita telah tertutupi oleh kabut tebal, kebahagian tidak akan mampu menembus masuk sebelum kita menyibakkan kabut tersebut. Menyibakkan kabut tebal tersebut sebenarnya bukan perkara sulit jika kita mau. Sejak bahagia merupakan bentuk positif perasaan, kita hanya harus berpikir positif untuk dapat menyuburkan benih bahagia yang telah tertanam. Berpikir positif ibarat pupuk khusus untuk benih bahagia. Jika kita memberi pupuk ‘berpikir positif’ benih bahagia secara rutin, niscaya kebahagiaan akan tumbuh dengan subur dalam hati kita. Salah satu bentuk berpikir positif adalah dengan cara bersyukur akan nikmat yang telah Tuhan berikan. Dengan begitu, kita akan lebih mawas diri.
Secara substansi, bahagia adalah bagian dari perasaan. Dan perasaan hanya lah dapat dirasa. Itulah yang membuat kebahagiaan tidak dapat dicari, Kita hanya perlu merasakannya. Dan jika kita sadar, kebahagiaan yang hakiki sebenarnya adalah membuat orang lain bahagia.