My Stupidity when goes to National Library

Demi misi gue dalam menyelesaikan tugas dari Suzu, Gue kembali membimbing Reni ke jalan yang salah. Tujuan kita adalah National Library yang ada di deket halte busway Matraman.

Our destination

Disana kita berniat buat nyari bahan referensi makalah. Perpus STAN lumayan gede sih, tapi National Library pasti lebih gede dan lengkap.

Nggak cuma Reni, dalam aksi ‘menyasarkan orang’ kali ini gue dapet satu lagi korban. Eka namanya, temen sekelas gue yang ~~nggak~~ lebih macho daripada gue. Hihihihi

Kemaren adalah hari gue yang penuh dengan kebodohan. Berawal dari gue yang hampir satu jam nungguin kamar mandi tak berpenghuni. Pintu kamar mandi emang keliatan ketutup, jadi gue yang sangat innocent ini terkecoh gitu aja. Sebelomnya gue udah nyoba ngedorong pintu, tapi karena bawaan kepribadian gue yang lemah lembut ini (jangan muntah,please!) pintunya nggak bergerak sedikitpun. Selama masa penantian panjang itu gue sempet parno. Soalnya dari tadi nggak ada suara sedikitpun dari kamar mandi.

Jangan-jangan orang yang ada di dalem pingsan ! Atau dia dibunuh sama monster tikus kayak di pelem ‘Rats’ ? gimana kalo dia bunuh diri gara-gara frustasi pupnya nggak keluar-keluar?

Tiba-tiba temen gue yang baru keluar dari kamar mandi sebelah menyadarkan gue dari kebodohan ini. Dia ngedorong pintu kamar mandi dan voila ! Misteri terpecahkan. Kamar mandi kosong melompong dan mengahadapi kenyataan itu, gue cuma bisa bengong bak sapi ompong.

Kebodohan kedua adalah saat gue kejepit di tempat duduk metromini yang super sempit. Ini metromini paling nggak nyaman yang pernah gue naekin. Gue rasa yang bikin pensiunan tukang bikin mobil-mobilan. Nggak bisa bayangin gimana kalo Pretty Asmara naek metromini ini.

Metromini apa odong-odong ?

Kebodohan ketiga terjadi saat gue hampir kepisah dari Reni dan Eka di halte busway Blok M.

Kebodohan selanjutnya cukup malu-maluin. Dan ini masih terjadi di halte busway, tepatnya di halte busway Dukuh Atas 2. Waktu ngantri gue sempet ngikut ngantri di antrian cowok. Gue kan nggak tau kalo cewek cowok dipisah, di halte sebelomnya nyampur-nyampur aja kok. Mana ada mbak-mbak ngasih tau gue sambil tereak-tereak lagi. Alhasil, seluruh penghuni halte busway Dukuh Atas 2 menyadari akan kenorak’an gue ini. Untung gue kaga bawa celurit.*nggak punya juga sih.

Kebodohan ke lima ini ulah Reni diikuti dengan kesuperluguan gue ditambah dengan kesalahan operator buswaynya.

*nyalah-nyalahin orang.

Saat halte tujuan masih ada di ujung berung, dibilang udah mau nyampe aja. Reni langsung berdiri siap-siap turun, spontan gue ngikutin dia. Gue liat kanan kiri depan nggak keliatan sedikit pun tanda-tanda keberadaan si halte. Dan kita pun jadi pusat perhatian selama beberapa detik.

Kayaknya kita emang belom bersahabat sama Busway. Atau busway yang belom bersahabat ama kita ? Dalam perjalanan ini aja, Kita beberapa kali salah transit dan salah naek busway. Tujuan kita Matraman tapi kita nyasar sampe Kuningan. Hihihihihi

Pelajaran yang bisa diambil saat mutusin buat naek busway adalah:

1. Harus tau rute yang akan kita lewatin

2. Harus tahu transit dimana

3. Jangan malu buat nanya ke petugas atau orang-orang. Seperti kata gue “Malu bertanya sesat di Busway”

4. Jangan sok tau kata siapa tuh ?

5. Tapi jika Anda memiliki jiwa petualang, abaikan saja 4 hal di atas ! Nyasar itu menyenangkan.

Kebodohan kita nggak cuma itu. Sesampenya di National Library A.K.A Perpustakaan Nasional Republik Indonesia A.K.A PNRI, kita berniat buat naroh tas di loker. Setiap loker punya kunci dan nomor masing-masing. Kebodohan bermulai saat kita bertiga sadar kalo kita dikasih kunci yang NGGAK ADA NOMORNYA. Kita pun nyoba buka satu per satu loker yang masih kosong. Gagal,gagal,gagal,gagal,gagal, selalu gagal.

Praktek penjarahan loker

Perhatian gue tertuju ke lobang kunci di bagian tengah deretan loker ini, sempat terjadi dialog saat itu.

Gue: Ka, itu lobang apa ya ? (Nunjuk lobang kunci yang gue maksud di atas)

Eka: Bukan, bukan. itu nggak bisa dibuka.

Reni: (Masih nyoba buka loker)

Reni hampir frustasi. Kendali kunci gue yang megang sekarang. Gue masih penasaran ama lobang kunci yang tadi. Gue masukin kunci dan DAMN !

KEBUKA !

“EKAAAAAAAAAAA ! Tadi siapa yang bilang ini gak bisa dibuka !!!!” kata gue.

Ternyata kita dikasih kunci loker yang ukurannya lebih gede dan EMANG NGGAK ADA NOMORNYA.

Si bolang poto-poto di lift

Agregate kebodohan tadi membuat otak kita bertiga bergeser dan bikin kita RADA stress. Kita malah maenan (baca: Naek-turun) Lift di PNRI. Mungkin ini efek nggak kesampean naek wahana di Dufan. Hahahahahahaha

Kita mengabaikan niat kita sebelomnya buat nyari bahan referensi makalah karena situasi dan kondisi yang nggak mendukung. Beberapa tempat penting di PNRI lagi dibenahin, mau ditambah koleksinya gitu. Yang buka tinggal tempat-tempat yang isinya buku taon ’84 ke bawah. Ada kitab bikinannya empu garpu kaga ya?

Akhirnya kita mutusin buat masuk ruangan yang isinya buku langka. Isinya buku-buku yang nggak jelas (Maklum bukan anak sastra). Berikut adalah masing-masing kegiatan yang kita lakuin disana:

1. Gue: Numpang hotspotan dan poto-poto (Biasalah, mantan model bungkus gorengan. Hehe).

2. Reni: Numpang hotspot dan ngajarin Eka Pengantar akuntansi.

3. Eka: Belajar Pengantar Akuntansi sama Reni.

Ya, gue tau. Emang kegiatan gue yang paling nggak penting. Hihihihihi

Padahal kita bertiga harus merelakan bolos kuliah Pengantar Ilmu Hukum (PIH) demi perjalanan ini. Untungnya dosen PIH gue baek. Pak Kus the best lah pokoknya. Kemaren tuh nggak diabsen dan nggak ditanyain siapa yang nggak masuk. Hihihihihihi. Beruntungnya diriku punya dosen seperti dia (Untuk saat ini).

Setelah bosen, Kita pulang naek busway dari Halte Busway Matraman. Kali ini kita nggak nyasar-nyasar lagi lho. *proud

Bye bye busway ! Makasih udah bantuin gue dalam penyasaran orang kali ini. hihihihi

Aniway, kayaknya gue nyari bahan referensi makalah di Perpus STAN aja deh. hihihihihihihihi

At last but not least, yang nggak akan gue lupain dalam perjalanan kali ini adalah semangkok soto betawi pinggir jalan yang berharga sekelas soto betawi di mol-mol.