Saya bukan seorang penulis yang dapat merajut kata hanya dengan bermodalkan pena. Saya hanya seseorang yang ingin merasa bebas tanpa mengganggu kebebasan orang lain. Dan baru-baru ini saya sadar jika saya tak selamanya ingin bebas. Kadang mengikatkan diri pada sesuatu dapat menjadi tameng dari berbagai monster berkedok, menjadi pedoman agar tidak bertindak sesuka hati. Dan baru-baru ini juga saya merasa ikatan tersebut hanya sebuah sugesti, ambisi tanpa didasari intuisi. Saya seperti takut bebas dan terlanjur nyaman dengan Goa Plato saya yang satu itu tanpa peduli banyak hal baik lain yang mungkin ada, mungkin juga tidak.

     Actually, saya masih berharap saya bisa mengendalikan organ saya yang satu ini. I  wanna stay here, the place that I wanna meant to be. Tempat dimana saya tidak takut jatuh. Tempat dimana saya mau berusaha menjadi lebih baik tanpa harus berpura-pura jadi orang lain. Tempat dimana saya percaya bahwa segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar.

The Finest Place

by on 13.18
     Saya bukan seorang penulis yang dapat merajut kata hanya dengan bermodalkan pena. Saya hanya seseorang yang ingin merasa bebas ta...
     Setiap orang, saya yakin punya mood booster-nya masing-masing. Mood booster disini tidak berbatas pada kata ‘noun’ tapi bisa juga berbentuk suatu hal atau kejadian yang baik langsung ataupun tidak dapat mem-‘boom’-kan semangat kita ke titik tak terhingga. Agak sulit memang menemukannya. Terlebih cara kerja Mood Booster milik saya yang layaknya seorang Nanny Mc.Phee

“When you need me but you do not want me, I must stay. When you want me but no longer need me, then I have to go”

     Sepertinya saya memang harus segera mencari subtitusi atau komplementer-nya , mengingat aura negative di sekeliling saya yang semakin pekat akhir-akhir ini. So far, I’m  still trying. But I think mine is one of the best ever.

Mood Booster

by on 09.57
     Setiap orang, saya yakin punya mood booster -nya masing-masing. Mood booster disini tidak berbatas pada kata ‘ noun ’ tapi bisa jug...
     Sebelum disalahartikan oleh yang membacanya, saya pastikan kalo saya nggak berniat untuk hura-hura makan di mekdi tiap hari. Bye bye warteg adalah salah satu program yang saya buat (untuk saya sendiri) dalam rangka mengisi waktu luang saya yang overlimit sekaligus menghindari pem-bully-an oleh mertua kelak karena nggak bisa masak. Ya, sebagai seseorang yang sangat visioner (untuk hal-hal absurd) saya berpikir jauh ke depan, blog.
Dengan bye bye warteg, saya menghindari warteg yang notabene dianggap tempat yang krusial buat anak kos. Saya mencoba membuat menu sendiri yang rasa dan bentuknya tidak bisa dipertanggungjawabkan tapi tetep ‘eat-able’.
Berikut menu yang berhasil saya ciptakan.

Day 1: Nasi + Sosis-Tempe Balado + Jamur Kuah

Day 2: Nasi + Sardinnes Balado + Bayam Kuah

Day 3: Nasi + Jamur Asam Manis + Tempe Goreng Spicy



Ternyata setelah dijalani, masak itu sesuatu kegiatan yang cukup mengasyikan. Sepertinya program Bye Bye Warteg ini akan saya perpanjang sampai waktu yang belum ditentukan. ^^


 

Bye Bye Warteg.

by on 13.36
     Sebelum disalahartikan oleh yang membacanya, saya pastikan kalo saya nggak berniat untuk hura-hura makan di mekdi tiap hari. Bye by...