Semenjak magang waktu saya benar-benar habis dimakan kemacetan, ditelan kepenatan. Hari-hari saya penuh dengan menunggu. Menunggu antrian kendaraan, menunggu bus datang, menunggu bus yang ngetem sesukanya, menunggu klien yang datang konsultasi. Dari ke sekian banyak tentang menunggu, ada satu yang saya suka. Bukan, bukan menunggu the right one. Masih terlalu pagi untuk galau. Saya suka menunggu adzan Ashar. Karena itu tandanya waktu untuk berkemas dan bersiap pulang ><

      Nggak berasa, magang bakal berakhir dalam dua minggu lagi. So far, saya menikmatinya. Lucky me, bisa ketemu temen- temen 'Posko-pang' yang seru-seru. Di masa-masa gabut dulu, hari-hari di posko penuh dengan permainan. Mafia, Tepok nyamuk, Kartu Setan, 41, bahkan hanya bermodalkan jempol pun kita bisa 'bahagia'. Sekarang anak-anak udah mulai hectic dikejar deadline. Hari-hari kami sekarang penuh dengan rekonsiliasi.

      Still wondering, kenapa Jakarta dan sekitarnya macet banget. Kenapa angkutan transportasi masal nggak ada yang senyaman kendaraan pribadi. Busway dan Commuter Line memang not bad. Murah, gampang dijangkau, bebas macet (katanya). Tapi tetep aja memuakkan kalo harus nunggu hampir satu jam, berdesak-desakan ngelebihin ikan sarden. Mungkin Jakarta memang sudah overcapacity. Masa harus nunggu ada genosida dulu? atau nunggu serangan alien? Mungkin solusi terbaik hanya satu. Bersabar .___.

Complain

by on 17.27
     Semenjak magang waktu saya benar-benar habis dimakan kemacetan, ditelan kepenatan. Hari-hari saya penuh dengan menunggu. Menunggu...