Hai, blog. Postingan kali ini akan menjadinya postingan yang sangat panjang. Jadi kalo mau buang air, buang air dulu aja.

     Kali ini gue mau sharing pengalaman daki gunung pertama kali. Aniway, entah kenapa kok banyak yang heran nanya kenapa tiba-tiba gue mau ikut pendakian ini ya. Am I that fragile? ._.
Awalnya gue juga agak ragu sih buat ikut. Soalnya bulan November ini kan udah masuk musim penghujan, takut bahaya apalagi buat pendaki pemula kayak gue. Tapi berhubung acara pendakian ini dibimbing sama anak-anak pecinta alam kampus yang notabene lebih professional, I took that chance.
     Perjalanan dimulai tanggal 16 november 2012, semua peserta pendakian umum kumpul di plasma kampus pukul 19.00. Dan bayangkan aja kita baru on the way ke Garut  jam 23.00. Sebenernya gue-nya aja sih yang terlalu innocent, padahal gue udah dikasih tau emang bakal berangkat jam segitu.
     Kendaraan yang kita naikin bukan bis, blog. Semacem truk tahanan gitu. Katanya sih biar keliatan kaum marjinal-nya, katanya. Perjalanan ke TKP ternyata makan waktu sekitar 7 jam. Waktu yang panjang banget, apalagi udaranya dingin. Boro-boro tidur, kepala kejedug sana sini terus, bro. Sekalinya tidur pun nggak berasa tidur.
    Kita sampe tkp sekitar pukul 06.00. Sholat, (maksa) buang aer, makan snack dan langsung mulai pendakian pukul 08.00. Ini wajah-wajah kelompok pendakian gue. Gue selalu yang paling ‘imut’.
linda, satria, ari, angga, reni, gue, mas abdu, guide, cahya, aden, pelba, korlak
Belum ada 100 meter jalan, foto lagi. Lagi dan lagi.
Naluri model gue secara nggak langsung bikin gue lebih fokus ke foto-foto daripada daki gunungnya. Parahnya, yang lain ternyata sama. Lagipula, sayang banget kan kalo pemandangan seindah ini nggak diabadikan.

     Trek yang harus didaki nggak sesantai yang gue bayangkan lewat deskripsi yang gue baca dari beberapa blog hasil googling. Katanya gunung papandayan ini cocok banget buat pendaki pemula karena jalurnya yang landai. Dan ternyata ‘landai’ versi bayangan gue sangat berbeda dengan kenyataan yang ada. Di awal-awal treknya emang nyantai, jalan bebatuan disertai bau belerang yang lumayan kuat. Tapi agak keatasan, disaat udah mulai ada rumput dan pepohonan, treknya nanjak, blog. Setiap belum ada lima menit nanjak gue pasti udah ngos-ngosan duluan. Kayaknya gue emang selemah itu ._.

     Di perjalanan kita sempet nyasar . Padahal gue udah nikmatin banget trek ‘bonus’ itu. Sempet ngeliat burung elang juga dari kejauhan. Kalo ini film indosiar gue pasti langsung manggil elang itu ‘wahai elang, tolong antarkan saya ke puncak gunung. Ciaaaattt…’
 Sayangnya ini bukan film indosiar, kalo gue panggil yang ada bisa-bisa dipatok. (kayak bisa manggil elang aja).

     Kita nyampe tempat camp a.k. a Pondok Salada sekitar pukul 12.00. Duduk sebentar sambil nunggu tenda berdiri. Karena tenda jadinya agak lama, gue ngajak Reni ke sumber air. Gue denger di deket camp ini ada sumber air yang airnya bisa diminum. Pasti seru deh mainan air di sungai. Berbekal botol Aqua (Viro deh yang harganya lebih murah), kita cau kesana. Dan ternyata…. sumber air yang dimaksud hanyalah pipa-pipa yang bocor. Kecewa. Tapi jangan khawatir, karena bocornya pipa miring, agak susah buat masukin air ke botol. Alhasil kita tetep basah-basahan. Brrrr.. dingin banget airnya.

     Acara disana agak terhambat karena hujan. Sialnya lagi, tenda kelompok gue bocor. Kita kebanjiran, kedinginan, kelabakan. Hiks. Pengalaman yang memorable banget lah.
Tenda yang bocor

     Malemnya gue nggak bisa tidur, blog. Kebelet pipis, kedinginan. Yang gue heran, bisa-bisanya pada tidur pules kayak gitu. Seketika ngerasa bener-bener pengen pulang. Yang nggak gue suka disini adalah nggak adanya fasilitas sanitasi yang memadai. Jadi kalo mau pipis atau buang air yang lebih besar kita musti cari ‘tempat’ sendiri. Berasa ada di zaman dahulu kala.

    Pagi harinya sekitar pukul 07.30 kita naik lagi ke Tegal Alun, tempat dimana ada padang edelweiss terhampar luas. Untuk kesana kita harus melewati Hutan Mati. Tenang aja, Hutan Mati nggak sehoror namanya kok. Indah banget malah. No pict=Hoax. Ini dia pict-nya.
The Dead Forest

     Setelah melewati Hutan Mati, trek menuju  Tegal Alun lumayan berat. Jalan yang menanjak dan agak licin karena habis diguyur hujan. Selain itu kadang trek ini bersebelahan dengan jurang. Tapi semua terbayar dengan ini….
Sampai di Tegal Alun

     Setelah puas berkeliling-keliling Tegal Alun, kita kembali ke tempat camp untuk makan dan packing perlengkapan karena harus segera turun ke tempat parkir di kaki gunung. Tanpa terbayangkan sebelumnya, tiba-tiba turun hujan. Alhasil, turun gunung kali ini agak menguji adrenalin. Jalanan yang agak curam dan licin, udara yang bertambah dingin. Jika tidak berhati-hati, bisa-bisa kita terperosok dan terbentur bebatuan.Waktu yang dibutuhkan untuk turun ternyata lebih sebentar yaitu sekitar 2 jam. Sesampainya di tempat parkir gue & Reni langsung ke toilet buat ganti celana yang basah kuyup karena cuma pake bagian atas rain coat. Dilanjutkan dengan ke warung, beli gorengan dan langsung masuk ke 'mobil tahanan' untuk pulang.
Perjalanan yang nggak akan terlupakan pokoknya, blog. Harus dicoba.
Sekian dan terima kasih ^^

kids.nationalgeographic.com

“Kedua kutub magnet yang sejenis akan saling tolak-menolak jika didekatkan. Sebaliknya, kedua kutub magnet yang berlawanan akan saling tarik-menarik jika didekatkan.”

     Semua barang tentu sudah tau tentang  hukum ini, bahkan beberapa anak sekolah dasar. Saya sendiri sebenarnya agak heran dengan pernyataan yang satu ini. Apalagi jika menkonklusikannya dengan sebuah realitas sederhana. Seperti, bukankah seekor sapi akan lebih nyaman berdekatan dengan sapi lainnya, membentuk populasi, hidup bersama.. Pun, bukankah orang-orang lebih mudah bersosialisasi dengan adanya kesamaan karakter atau hobi..

     Namun, baru-baru ini  saya berhasil menemukan, lebih tepatnya menyadari, lagi-lagi sebuah realitas sederhana . Orang berego tinggi, jika dihadapkan dengan sesamanya pasti akan menghasilkan kombinasi yang buruk, ledakan, chaos, atau apapun namanya itu. Dalam mencari tulang rusuknya, manusia juga cenderung mencari seseorang dengan ‘sisi lainnya’. Walaupun di beberapa kasus, manusia mencari replika dirinya tetapi hal tersebut tak jarang membuat ia terjebak dalam imajiner dirinya sendiri. Bahkan dalam riwayat, anak Nabi Adam As pun dengan jelas dilarang Allah untuk menikahi saudari kembarnya. Dan berkembangnya zaman telah membuktikan alasan hal tsb secara ilmiah, jika dua orang yang masih dalam hubungan keluarga menikah, sifat-sifat resesif dalam gen keduanya dapat membahayakan si bayi.
 
     Filosofi magnet ini mengajarkan saya akan satu hal. Terkadang, beberapa hal yang beda sama sekali justru dapat bersatu-padu dan sebaliknya beberapa hal yang identik tidak ditakdirkan bersatu.

Karena perbedaan itu indah, blog. :)

Filosofi Magnet

by on 13.31
kids.nationalgeographic.com “Kedua kutub magnet yang sejenis akan saling tolak-menolak jika didekatkan. Sebaliknya, kedua kutub magn...