“Ku terjebak di ruang nostalgiaaaa….”

       Ini bukan kali pertama saya merasa terjebak dalam suatu ruang tak bernama. Ya, lagi-lagi saya terjebak dalam sebuah Goa Plato yang serupa tapi tak sama. Lagi. Saya masih ingin berada disana, tanpa mau tahu bahwa realita telah membuat satu per satu dari mereka pergi. Mungkin hanya saya yang merasakan ini, mungkin tak ada tangan yang membalas tepukan tangan ini. I just don’t care. Saya cukup egois. Seperti dokter  dalam permainan ‘Mafia’ yang lebih memilih menyelamatkan dirinya sendiri ketimbang warga lain. Seperti benalu yang tak peduli nasib inangnya.
     Teruntuk ruang nostalgia, Terima kasih dan maaf. Terima kasih untuk tiga bulan penuh warna. Terima kasih untuk satu minggu waktu eksklusif di tempat yang juga cukup eksklusif. Thanks for everything, juga untuk hal-hal non materil yang tanpa sadar sudah kalian berikan untuk saya. Maaf untuk semua keributan dan masalah yang sadar ataupun tanpa sadar telah saya buat. Maaf sudah banyak merepotkan kalian. Saya tahu menulis disini useless, tak ada artinya. Lagi-lagi, I just don't care. Bisa jadi mereka cukup kepo untuk mengintip ruang saya yang satu ini. Who knows? :p
 
Sedikit koreksi, ruang itu tak benar-benar tak bernama. Bukan juga 'Ruang Nostalgia'. Ia punya nama lain yang jauh lebih adorable. Kami biasa menyebutnya ‘Poskopang’, Posko Dinas Kesehatan II.

Poskopang :)

Kamar 708, Kamar Jomblo.

I got the Spices coupon, Lebih tepatnya semua orang dapat.

Jelajah Malam Jakarta

Apapun yang terjadi, kami tetap tersenyum :)

Ruang Nostalgia

by on 03.17
“Ku terjebak di ruang nostalgiaaaa….”        Ini bukan kali pertama saya merasa terjebak dalam suatu ruang tak bernama. Ya, lagi-lagi ...

     Semenjak magang waktu saya benar-benar habis dimakan kemacetan, ditelan kepenatan. Hari-hari saya penuh dengan menunggu. Menunggu antrian kendaraan, menunggu bus datang, menunggu bus yang ngetem sesukanya, menunggu klien yang datang konsultasi. Dari ke sekian banyak tentang menunggu, ada satu yang saya suka. Bukan, bukan menunggu the right one. Masih terlalu pagi untuk galau. Saya suka menunggu adzan Ashar. Karena itu tandanya waktu untuk berkemas dan bersiap pulang ><

      Nggak berasa, magang bakal berakhir dalam dua minggu lagi. So far, saya menikmatinya. Lucky me, bisa ketemu temen- temen 'Posko-pang' yang seru-seru. Di masa-masa gabut dulu, hari-hari di posko penuh dengan permainan. Mafia, Tepok nyamuk, Kartu Setan, 41, bahkan hanya bermodalkan jempol pun kita bisa 'bahagia'. Sekarang anak-anak udah mulai hectic dikejar deadline. Hari-hari kami sekarang penuh dengan rekonsiliasi.

      Still wondering, kenapa Jakarta dan sekitarnya macet banget. Kenapa angkutan transportasi masal nggak ada yang senyaman kendaraan pribadi. Busway dan Commuter Line memang not bad. Murah, gampang dijangkau, bebas macet (katanya). Tapi tetep aja memuakkan kalo harus nunggu hampir satu jam, berdesak-desakan ngelebihin ikan sarden. Mungkin Jakarta memang sudah overcapacity. Masa harus nunggu ada genosida dulu? atau nunggu serangan alien? Mungkin solusi terbaik hanya satu. Bersabar .___.

Complain

by on 17.27
     Semenjak magang waktu saya benar-benar habis dimakan kemacetan, ditelan kepenatan. Hari-hari saya penuh dengan menunggu. Menunggu...
 

Hai blog. Maaf lagi-lagi mengabaikanmu. Anyway ini postingan pertama saya setelah jadi alumni loh. *pamer*
Sepertinya saya mulai membutuhkanmu lagi. Para subtitusimu itu sudah mulai menemukan ‘dunia baru’nya masing-masing. Saya turut bahagia. Ya walaupun.. ya sudahlah. Intinya saya turut bahagia.




Posting Tengah Malam

by on 11.30
  Hai blog. Maaf lagi-lagi mengabaikanmu. Anyway ini postingan pertama saya setelah jadi alumni loh. *pamer* Sepertinya saya mulai mem...
 
    Setelah sempat vakum, tahun ini Sekolah Tinggi Akuntansi Negara membuka pendaftaran mahasiswa/mahasiswi baru lagi, blog. Pastinya kabar ini jadi angin segar buat Siswa-siswi SMA yang terbatasi dana dalam rangka melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, atau bagi mereka yang berniat jadi pegawai negeri di lingkungan Kementerian Keuangan. Ya, walaupun banyak kabar yang kian membuat citra kampus ini memburuk, ia tetap berdiri tegar, memperbaiki citranya, mempertahankan konsep going concern-nya. Sebelum postingan kali ini semakin out of topic , cek this out, blog :)


" Menjadi diri sendiri tak lagi penting ketika berubah bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik"

Di akhir masa perkuliahan ini banyak orang-orang di sekitar saya yang tiba-tiba 'berubah'. Alhamdulillah, they're turned out to the right path. Agak aneh mungkin awalnya. Namun, overall, saya kagum dengan mereka yang mau berusaha keluar dari zona nyaman demi pribadi yang lebih baik. Meninggalkan hal-hal 'menyenangkan' yang sebelumnya ada di kamus bahagia mereka.

Tak jarang saya merasa 'tersentil', seperti diberi teguran oleh yang Maha Kuasa agar saya mengikuti langkah mereka. Unfortunetally, untuk orang berkepribadian cetak tebal macam saya, 'berubah' bisa jadi butuh berlipat-lipat effort dibanding orang biasa. Khususnya untuk hal-hal yang bersifat, genetik mungkin, atau bawaan. 'Sukar bukan berarti tak mungkin', begitu kata textbook. Tapi lagi-lagi, it's hard to do.

Sejauh ini saya masih mencoba berubah. Toh kenyataannya 'Everybody's changed'. Tanpa kita sadari, waktu, usia, lingkungan, sedikit banyak telah merubah kita menjadi pribadi yang berbeda. Dan perubahan macam ini walaupun bergerak lamban biasanya akan lebih konsisten karena melalui proses penyesuaian yang bertahap. Semoga kita semua terus berubah, moving on, ke jalan yang diridhoi-Nya tentu.
Aamiin Ya Rabbal Alamin :)

Metamorphosis

by on 07.41
" Menjadi diri sendiri tak lagi penting ketika berubah bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih baik" Di akhir masa ...

Hai blog.
Akhir-akhir ini agaknya saya sedang dituntut untuk belajar memahami arti sebuah keikhlasan. Keikhlasan nyatanya tidak semudah mengatakan ‘ saya ikhlas’, jauh lebih kompleks bahkan. Terkadang semakin kita mengaku ikhlas justru semakin hati kita mencari seribu satu alasan untuk berontak. Mungkin kita hanya harus lupa agar ikhlas. Unfortunetally, biasanya semakin kita berusaha untuk lupa semakin lekatlah ingatan tersebut di dalam benak. Di titik ini bisa jadi kita justru akan berputar-putar dalam sebuah lingkaran setan yang entah dimana ujungnya.

Lain halnya ketika kita telah memahami hikmah dari suatu kejadian. Bisa jadi ikhlas semudah mengatakan ‘saya ikhlas’. Tapi lagi-lagi, unfortunetally, hikmah tak selalu datang berbarengan. Ia mungkin baru akan muncul setelah bertahun-tahun.

Berbicara tentang ikhlas, saya jadi ingat perkataan seorang dosen di salah satu sesi perkuliahan, tepatnya saat games kekompakan. Kira-kira seperti ini,

 “Di dalam sebuah permainan, pihak yang menang akan terkesan selalu benar apapun statement yang mereka katakan. Dan sebaliknya, pihak yang kalah cenderung dinilai salah tidak peduli apa statement yang mereka berikan.”

Ya, ikhlas memang tidak didapat dari perkataan. Jika kamu ikhlas cukup simpan perkataan ‘saya ikhlas’ di dalam benak. Renungkan berbagai hal baik yang mungkin muncul sebagai jawaban dari seribu satu alasan yang terlontar oleh hati.

Ikhlas

by on 01.54
Hai blog. Akhir-akhir ini agaknya saya sedang dituntut untuk belajar memahami arti sebuah keikhlasan. Keikhlasan nyatanya tidak semudah ...

    Saya, atau mungkin hampir semua orang pasti tidak menikmati menunggu, khususnya menunggu hal yang tidak pasti. Contoh sederhananya, kamu sedang terlibat janji dengan seseorang atau sekelompok orang di jam dan tempat tertentu. Di hari H kamu telah berada di tempat dan waktu yang telah ditentukan tanpa ada tanda-tanda kehidupan dari sang empunya janji. Soal jam karet mau tidak mau memaksa kita untuk maklum, tapi part yang paling menyebalkan adalah ketika orang-orang seakan out of reach, berada ratusan juta tahun cahaya dari planet ini, tanpa kabar dan tanpa konfirmasi. Teknologi sekarang sudah canggih, bukan? Ada banyak cara komunikasi yang murah meriah. Tak perlu lagi yang namanya mengirim surat via merpati. Tinggal ketik beberapa digit karakter, sent!, beres. Smartphone jutaan rupiah itu kehabisan pulsa? Memang ironis. Di masa ini, banyak fungsi sekunder atau bahkan tersier yang menggeser fungsi primer-nya yang tentunya lebih vital. Layaknya fashion yang mengalahkan fungsi hijab dan pakaian sebagai penutup aurat dan pelindung tubuh.

Apa lantas saya innocent? Tidak, bisa jadi saya jauh lebih annoying. Mari kita sama-sama berbenah diri :)

Out of Reach

by on 06.04
    Saya, atau mungkin hampir semua orang pasti tidak menikmati menunggu, khususnya menunggu hal yang tidak pasti. Contoh sederhananya...
Hai, blog.

Long time no see. Saya seperti mulai kehabisan kata. Atau mungkin kata yang mulai meninggalkan saya. Actually, I had nothing to share lately :v

     Aniway, saya baru selesai mid-semester, blog. Ada yang sedikit berbeda dari ujian kali ini. Salah satu ujian mata kuliah dilakukan ‘take home’. Don’t you think that easy! Tugasnya adalah membuat rancangan intermediate & final goal dalam karir dan kehidupan. Butuh imaginasi tingkat dewa untuk orang ‘let go with the flow’ macam saya. Terlalu panjang untuk saya share disini, jadi saya hanya akan sharing soal salah satu  intermediate goal standard di kalangan mahasiswa. Ya, menikah.

     I'm always curious about what kind of person that will be my partner in life. Saking penasarannya, ingin rasanya meminjam mesin waktu milik Doraemon untuk memastikan bahwa dia adalah orang yang tepat. Semua pasti berharap yang terbaik. Definitely. Nantinya bersama dia lah kamu akan menghabiskan sisa hidup. Tetapi yang lebih pasti adalah Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi Hamba-Nya, dengan jalan-Nya sendiri.

     Bicara soal menikah erat kaitannya dengan makhluk Mars. Sepertinya memang sudah kodrat para Makhluk Mars mendambakan kecantikan ya, blog. Seperti halnya Makhluk Venus yang mendambakan kemapanan. Dan agaknya memang benar apa yang Maruko (chibi maruko chan, red) bilang, “Beautiful girl get more benefit.. -______-”    Di balik itu, saya tetap bersyukur dianugrahi rupa yang 'kurang' cantik. Mengutip salah satu  Buku karangan Tereliye- Berjuta Rasanya,

“Seseorang yang mencintaimu karena fisik, maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karena materi. Tetapi seseorang yang mencintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau lebih buruk.”

Well, mungkin itu hanya sebuah pembelaan dari orang macam saya. I do.

     Berhubung jangka waktu intermidiate target masih sekitar lima tahun lagi, saat ini saya memilih untuk memperbaiki kualitas diri dan berkawan dengan sekitar. Agaknya menghabiskan banyak waktu dengan orang yang belum tentu tepat di tengah ketidakpastian bukan lah pilihan yang tepat. Ya, sekali lagi, mungkin ini hanya sebuah pembelaan dari orang macam saya. :v

An Excuse

by on 07.52
Hai, blog. Long time no see . Saya seperti mulai kehabisan kata. Atau mungkin kata yang mulai meninggalkan saya. Actually, I had not...

     Saya ingin punya mesin waktu. Bukan, saya tidak terbesit sedikitpun untuk mengubah masa lalu. Mengubahnya hanya akan mengacaukan dimensi waktu yang saya sendiri pun tidak mengerti apa itu. Saya hanya ingin kembali menyaksikan momen-momen tertentu yang bahkan sangat tidak material. Andai saja mesin waktu di otak saya ini mampu membawa saya kesana. Sayangnya tidak, ia semakin terbatas, semakin reot dimakan usia.
      Ya, sekarang saya hampir kepala dua. Mungkin kepala dua juga yang membuat saya akhir-akhir ini sangat merindukan masa kanak-kanak. Saya akui saya hari ini, detik ini tidaklah jauh berbeda dengan 10 tahun lalu. Baik rupa ataupun perangai. Masih mungil (bentuk halus dari pendek) dan kekanak-kanakan mungkin. Atau memang? Jika definisi kekanak-kanakan adalah main abc lima dasar saat jam pelajaran  maka saya exactly childish.
      Saya rindu bernyanyi lagu india sambil berlagak bak artis bollywood, bernyanyi kuda lumping sambil bergelayutan di atas pohon singkong kayu, bernyanyi lagu ‘hello dangdut’ sambil berjoged ria, bersama teman sepermainan tentunya.
     Saya rindu bermain masak-masakan. Lidah buaya, bunga pacar dan tanaman tetangga lainnya selalu sukses jadi korban. Dan saya paling suka tanaman buah-buahan, entah nama sebenarnya apa. Tanaman yang punya, entah buah atau biji, sebesar biji jeruk berwarna orange serta bunga yang berwarna ungu.
      Saya rindu bermain di kebun (alias kebon). Kebon ini bukan sembarang kebon. Untuk kesana kita harus lewat semacam rawa becek , butuh effort lebih. Tapi terbayar sudah saat sampai disana. Ada banyak pohon kapuk, singkong, jambu. Juga ada lapangan bola. Sayangnya sekarang rawa becek itu telah disulap menjadi tempat sampah. Pohon kapuk, singkong, jambu, lapangan bola, telah diubah menjadi pasar swalayan, yang bahkan sekarang sudah mengalami kebangkrutan.

       I absolutely didn’t regret that I spend my childhood there, jadi anak kampung, kampung legon tepatnya. Dan masih, saya ingin punya mesin waktu.

Time Machine

by on 13.30
     Saya ingin punya mesin waktu. Bukan, saya tidak terbesit sedikitpun untuk mengubah masa lalu. Mengubahnya hanya akan mengacaukan ...