Saya ingin punya mesin waktu. Bukan, saya tidak terbesit sedikitpun untuk mengubah masa lalu. Mengubahnya hanya akan mengacaukan dimensi waktu yang saya sendiri pun tidak mengerti apa itu. Saya hanya ingin kembali menyaksikan momen-momen tertentu yang bahkan sangat tidak material. Andai saja mesin waktu di otak saya ini mampu membawa saya kesana. Sayangnya tidak, ia semakin terbatas, semakin reot dimakan usia.
      Ya, sekarang saya hampir kepala dua. Mungkin kepala dua juga yang membuat saya akhir-akhir ini sangat merindukan masa kanak-kanak. Saya akui saya hari ini, detik ini tidaklah jauh berbeda dengan 10 tahun lalu. Baik rupa ataupun perangai. Masih mungil (bentuk halus dari pendek) dan kekanak-kanakan mungkin. Atau memang? Jika definisi kekanak-kanakan adalah main abc lima dasar saat jam pelajaran  maka saya exactly childish.
      Saya rindu bernyanyi lagu india sambil berlagak bak artis bollywood, bernyanyi kuda lumping sambil bergelayutan di atas pohon singkong kayu, bernyanyi lagu ‘hello dangdut’ sambil berjoged ria, bersama teman sepermainan tentunya.
     Saya rindu bermain masak-masakan. Lidah buaya, bunga pacar dan tanaman tetangga lainnya selalu sukses jadi korban. Dan saya paling suka tanaman buah-buahan, entah nama sebenarnya apa. Tanaman yang punya, entah buah atau biji, sebesar biji jeruk berwarna orange serta bunga yang berwarna ungu.
      Saya rindu bermain di kebun (alias kebon). Kebon ini bukan sembarang kebon. Untuk kesana kita harus lewat semacam rawa becek , butuh effort lebih. Tapi terbayar sudah saat sampai disana. Ada banyak pohon kapuk, singkong, jambu. Juga ada lapangan bola. Sayangnya sekarang rawa becek itu telah disulap menjadi tempat sampah. Pohon kapuk, singkong, jambu, lapangan bola, telah diubah menjadi pasar swalayan, yang bahkan sekarang sudah mengalami kebangkrutan.

       I absolutely didn’t regret that I spend my childhood there, jadi anak kampung, kampung legon tepatnya. Dan masih, saya ingin punya mesin waktu.

Time Machine

by on 13.30
     Saya ingin punya mesin waktu. Bukan, saya tidak terbesit sedikitpun untuk mengubah masa lalu. Mengubahnya hanya akan mengacaukan ...