Angkuh

/ 04.51

Katanya kerja keras nggak mengkhianati hasil. 

Akhir-akhir ini saya tambah skeptis sama pernyataan ini. Nggak jarang, kerja keras nggak diiringi hasil yang diharapkan kok. Dan nggak jarang pula yang 'kelihatan'-nya usaha lebih minim malah dapat hasil yang lebih memuaskan.

Tambah dipikir, saya jadi tambah angkuh sebagai manusia. Serasa takdir ini bisa diatur sesuka hati. Padahal pada akhirnya, manusia ya cuma bisa berusaha. Hasilnya ya tergantung yang Maha Kuasa.

Tapi ya lagi-lagi namanya manusia, tempatnya khilaf dan salah. Selalu ingin keadilan yang menguntungkan diri sendiri, padahal kalau mau intropeksi diri belum tentu sudah berlaku adil ke orang lain.

Semoga bisa jadi teguran buat kembali ke jalan yang benar.


Katanya kerja keras nggak mengkhianati hasil. 

Akhir-akhir ini saya tambah skeptis sama pernyataan ini. Nggak jarang, kerja keras nggak diiringi hasil yang diharapkan kok. Dan nggak jarang pula yang 'kelihatan'-nya usaha lebih minim malah dapat hasil yang lebih memuaskan.

Tambah dipikir, saya jadi tambah angkuh sebagai manusia. Serasa takdir ini bisa diatur sesuka hati. Padahal pada akhirnya, manusia ya cuma bisa berusaha. Hasilnya ya tergantung yang Maha Kuasa.

Tapi ya lagi-lagi namanya manusia, tempatnya khilaf dan salah. Selalu ingin keadilan yang menguntungkan diri sendiri, padahal kalau mau intropeksi diri belum tentu sudah berlaku adil ke orang lain.

Semoga bisa jadi teguran buat kembali ke jalan yang benar.

Continue Reading


      Terkadang kebaikan atau perhatian kecil dari orang sekitar itu bisa bikin hari saya yang mendung  berubah jadi cerah seketika. Sebagai Taurus A Type kayaknya saya ini kadang memang terlalu perasa, ya walaupun tetep ada saatnya saya gak peka sama sekitar. Akhir-akhir ini saya merasakan mood swing yang cukup dinamis. Gampang bahagia, tapi gampang juga BT. 

Mood saya bisa langsung bagus karena hal-hal receh, misalnya:

1. Disapa (dengan nama) sama Boss Besar.
Mungkin karena saya biasa invisible dan gak suka cari perhatian kali ya, jadi ketika di­notice  dikit aja udah bikin seneng, apalagi ketika pekerjaan diapresiasi hehehe. Panutan banget sih emang beliau. Humble, sabar tapi tegas.

2.  Temen lama share cerita bahagia
Beberapa bulan yang lalu itu mood saya sempat berantakan. Dan tambah berasa karena saya kurang piknik. Temen-temen main di sekitar juga pada sibuk dengan dunia barunya masing-masing. Mood jelek ditambah kesepian itu kombinasi yang paling buruk. Dan tiba-tiba seorang temen lama PM saya, dia cerita kalo berhasil dapet beasiswa luar negeri.  I am happy for her achievement , tapi sejujurnya saya senang lebih karena saya merasa cukup penting untuk dapat kabar itu langsung dari dia. Kan, anaknya sentimental dan melankolis banget. Mungkin karena saya cenderung introvert kali ya. Circle saya ini bisa dibilang sempit banget. Temen akrab saya bisa dihitung jari, itupun terkadang saya suka suudzon, ”jangan-jangan saya aja yang kepedean ngerasa akrab, buat mereka sih biasa aja”. Sesuai dengan tipe kepribadian MBTI INFJ, saya tipe yang mending punya satu/sedikit temen akrab daripada punya banyak temen tapi sekadarnya. Jadi kalau udah nyaman sama satu temen, bisa kayak anak ayam gitu. Ngikutin induknya terus. Hati-hati  dan sabar aja sih kalau udah ketempelan wkwkwkwk.

3. Ucapan selamat
Ini lebih receh lagi sih. Tadi pagi ada yang telpon saya. Kirain mau tanya kerjaan atau apa gitu. Ternyata temen saya cuma mau kasih ucapan selamat karena hal receh. Merasa ada yang notice dan ingat curcolan saya gitu aja udah bikin seneng. Kayaknya anaknya emang kurang perhatian aja wkwkwkwk.

4. Dan lain-lain (udah lupa dan ngantuk), nanti kalo inget diarsipin lagi deh biar kalo bad mood gampang cari obatnya.

Perhatian kecil itu ternyata bisa buat orang lain bahagia dengan cara sederhana loh. Cukup dengan salam, sapa, notice dan peka dengan yang terjadi di sekitar. Cuma mau menegaskan ke diri sendiri “Berlakulah sesuai dengan seperti apa kita ingin diperlakukan.“

MOOD

by on 08.36
      Terkadang kebaikan atau perhatian kecil dari orang sekitar itu bisa bikin hari saya yang mendung   berubah jadi cerah seketika....

Merah jambu putih gading kuning kunyit
Hutan bukit puncak lumpur
Damai tangguh mudah beradaptasi
Menawan sederhana menyejukan


Beracun.

Turuwara

by on 06.42
Merah jambu putih gading kuning kunyit Hutan bukit puncak lumpur Damai tangguh mudah beradaptasi Menawan sederhana menyejukan ...




Sebagai perempuan di usia pertengahan 20, pertanyaan ” kapan menikah?”  jadi hot issue di setiap perbincangan. Seakan pertengahan 20 itu  penghujung garis kritis. Sebenernya sesuai sama Life Plan saya semasa kuliah sih, tapi kalau belum ada yang cocok (belum laku) ya nggak perlu dipaksain kan. Buat saya gambling soal dengan siapa kita menikah itu agak menyeramkan.

Saya sebenernya tipe yang santai dengan pertanyaan di atas. Biasanya saya jawab sambil nyengir atau celetukan bercanda macam “daripada tanya, mending cariin”. Dan efeknya beberapa menanggapi dengan serius dan menawarkan perkenalan (jodoh-jodohin)  saya dengan teman/kerabatnya wkwkwkwk. Sebagai orang yang pemalu di awal (malu-maluin di akhir), ku menolak halus dengan seribu macam alasan dan kadang sok-sokan ngoper-ngoper “mending dikenalin sama si ini atau si itu aja tuh”. Gimana nggak jomblo kan, udah nggak laku sok jual mahal wkwkwk.

Ada salah satu tawaran yang saya terima sih sebenernya. Karna yang nawarin (udah kek barang aja bahasanya) itu sahabat dekat saya dan itu timing-nya seakan semesta mendukung gitu. Eh kayaknya kali ini sayanya yang ditolak wkwkwk. Terus jadi mikir, mungkin kalau tawaran yang lain saya terima juga bakal berujung begini :v

Kalau boleh memilih sebenernya lebih pingin menemukan jodoh sendiri yang berawal dari temen gitu, biar lebih tau baik buruknya. Tapi apalah daya hidup saya hanya seputar Kantor-Rumah dimana di kedua tempat itu nggak ada yang bisa dijadikan object of my affection.

Beberapa hari yang lalu di sebuah perbincangan dengan para jomblowati, kami ngomongin soal Hushband Material gitu. Kebetulan lagi gosipin perceraian Dai Muda dan anak pengacara terkenal yang sempet viral itu. Terus saya nyeletuk lah, “kalo aku nggak mau sama yang sholeh sholeh amat”. Ini kalau dibaca netizen nyinyir pasti saya langsung dibully kafir L

Kadang kalau ngomong suka nyeplos dengan pilihan kata yang nggak tepat gini hehe. Sebenernya bukan nggak mau sih, lebih ke takut nggak bisa mengimbangi. Terus akhir-akhir ini lihat berita atau di sekitar banyak banget ustadz yang poligami sama wanita yang lebih muda dan cantik which is beda sama poligami-nya Rasulullah. Kasarnya kayak seakan-akan poligami itu dijadiin tameng buat menghalalin selingkuh. Ya setelah dipikir-pikir lagi ini kayaknya saya yang salah nonton berita/ berada di lingkungan yang salah. Sample yang saya ambil nggak mewakili populasi.

Siapa yang nggak mau punya suami sholeh, maksud saya lebih ke seimbang gitu hidupnya antara dunia dan akhirat, habluminallah dan habluminannas-nya. Banyak ibadah tapi juga masih mentoleransi sesekali nonton bioskop, nonton konser, jalan-jalan ke pantai atau ke gunung, dan yang nggak kalah penting harus bisa diandalkan dan setia wkwkwk. Menikah itu ekspetasinya kan seumur hidup dengan harapan ending happily ever after, jadi ya dijalani juga harus dengan fun biar nggak jadi beban. Supaya menikah itu nggak hanya menyempurnakan agama tapi juga menyempurnakan kebahagiaan dunia-akhirat.

Kenapa saya sebut soal beban? Soalnya lagi-lagi kayaknya karna saya salah gaul :p. Kadang saya merasa orang-orang sekitar saya yang sudah menikah itu banyak yang tingkat kebahagiaannya berkurang gitu, kayak hidupnya penuh beban wkwkwk. Ya walaupun ada banyak saat dimana mereka buat envy dan baper juga.

Jadi kapan nikah ki?
Jawab pake jawaban default template aja deh, " Doain aja wkwkwk"








Husband Material

by on 06.25
Sebagai perempuan di usia pertengahan 20, pertanyaan ” kapan menikah?”   jadi hot issue di setiap perbincangan. Seakan pertenga...

"Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu tapi Allah memampukan orang yang terpanggil"
      Walaupun terdengar klise, buat saya yang sempat kena imbas ulah travel nakal, quote  di atas mengena banget sih. Ya, setelah sempat tertunda selama 2 tahun, akhirnya saya dan kedua orang tua berkesempatan mengunjungi tanah suci awal sampai pertengahan Februari beberapa waktu yang lalu. FYI buat yang penasaran kelanjutan kasus travel nakalnya gimana, saya juga nggak tahu karena sidangnya nggak berkesudahan. Nasi sudah jadi bubur, dan saya tahu pasti, menyesal dan meratap bukan hal yang tepat. Sejak ada gelagat travel tidak beres, saya langsung memantapkan niat kalo saya harus menabung lagi. Nobody can let me down. 

      Singkat cerita, saya dan kedua orang tua mendaftar lagi di agen perjalanan lain untuk keberangkatan tanggal 11 - 19 Februari 2018. Total jamaah di keberangkatan ini hanya 25 orang sehingga kami bisa mengenal satu sama lainnya. 



      Perjalanan kami dimulai dengan penerbangan Citilink QG526 dini hari pukul 01.00 WIB. Pesawat kami sempat transit sekitar 1 jam di Bandara Rajiv Gandhi Hyderabad India untuk pengisian bahan bakar. Lumayan bisa mampir India walaupun cuma di dalam pesawat :p. Total perjalanan selama 12 jam. Tadinya saya pikir akan membosankan karena Citilink tidak dilengkapi fasilitas LCD TV, tapi nyatanya di sepanjang perjalanan saya tertidur pulas hanya bangun saat jam makan :v
Kami tiba di Jeddah sekitar pukul 10.00 Waktu jeddah ( 4 jam lebih lama dari Jakarta).
tiba di Jeddah

Sempat berpikir Bandara King Abdul Azis itu bandara yang megah dan ramai karna banyaknya peminat umroh/haji. Tapi ternyata buat saya lebih bagus dan ramai Bandara Soekarno Hatta 

      Setelah melewati proses imigrasi, dari Jeddah kami beranjak menuju hotel di madinah. Di sepanjang perjalanan kanan kiri diliputi pegunungan batu nan gersang. Jalanan sepi seakan kota tak berpenghuni.

Kurang lebih 6 jam perjalanan, bus kami tiba di hotel yang akan kami singgahi selama 3 hari di Madinah. Alhamdulillah hotel kami hanya berjarak 500m dari Masjid Nabawi. Posisinya ada di dekat pasar oleh-oleh. 

Madinah kota yang tenang walau ramai. Tata kotanya baik dan rapih. Rasanya tak bosan berlama-lama disana.
first, let me take a selfie :p


         Kegiatan disana diisi dengan kegiatan ibadah (ya iya lah!). Buat saya ritme dan kepadatan kegiatannya mirip saat Diklat Prajabatan. Ibarat kalo diklat semua akan berkumpul saat dengar pluit, kalau disana kami akan terpanggil lewat suara adzan. Bahkan sebelum adzan berkumandang berbondong-bondong jamaah sudah memenuhi Masjid demi mendapatkan keutamaan sholat di Masjid Nabawi yang pahalanya 1000 kali lipat dari sholat di Masjid lain (kecuali Masjidil Haram).      
          Kali pertama sholat di Masjid Nabawi saya bersebelahan dengan warga negara lain (antara india atau bangladesh kayaknya). Ibu-ibu dengan perawakan buntal dan berkulit cokelat. Beliau minta bantuan saya untuk mencarikan halaman Surat Yasin. Senang rasanya bisa membantu  (biarpun hal kecil) warga asing disana. Seakan perbedaan ras, suku, budaya bukan penghalang. Kami satu, Umat Islam.



Bangunan yang jadi latar foto kami, lebih tepatnya bangunan di bawah kubah hijau ada sebuah tempat istimewa bernama Raudhah.

“Raudhah adalah area di sekitar mimbar yang biasa digunakan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam untuk berkhutbah"
Raudhah disebut juga taman-taman surga dimana beribadah disana terdapat pelipat-gandaan pahala. Posisi Raudhah dapat diakses melalui Gate 25 Masjid Nabawi. Bagi wanita, Raudhah hanya dibuka saat malam hari sehingga pengunjung sangat membludak. Untuk sholat disana disarankan dengan rombongan, karena untuk sholat disana butuh usaha dan pengamanan extra agar tidak terinjak-injak orang yang berdesak-desakan hilir mudik.

      Disana kami juga berkeliing seputar masjid nabawi maupun city tour di seputar kota madinah. Ke makam baqi, museum alqur'an, masjid kuba, jabal uhud dan kebun kurma.
Museum Alquran


Masjid Quba


Kebun Kurma

Makam para pejuang Uhud

Berfoto dengan latar Jabal Uhud

Makam Baqi
       Btw pemandangan Kota Mekkah dan Madinah dihiasi oleh banyak burung merpati, dan herannya kota tetap bersih tanpa kotoran burung. Berfoto di antara kerumunan burung dan gedung tinggi buat saya jadi serasa di Eropa (sok tau aja, padahal belum pernah ke Eropa hehe) 

      Setelah 3 hari di kota madinah, kami beranjak ke kota Mekkah untuk melaksanakan Umroh. Kami mengambil miqat di Masjid Bir Ali. Niat umroh dibaca di bus dengan dipandu muthawif.

     Setelah berihrom berlaku pula larangan-larangan ihrom bagi kami. Setelah beberapa jam perjalanan darat, malam hari kami tiba di Kota Mekkah, Sedikit berbeda dari Madinah, Mekkah kota yang lebih ramai. Penuh hiruk pikuk, tidak hanya diramaikan oleh manusia namun juga bus dan taksi yang lalu lalang. Berjalan kaki di Kota Mekkah harus sedikit berhati-hati karena banyaknya kendaraan. Kalo ada yang bilang New York -The City that never sleeps, mereka harus lihat Mekkah yang literally tidak pernah tidur.

      Setelah makan malam dan beristirahat sejenak, kami menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan rukun Umroh selanjutnya, yakni Thawaf. Akhirnya kami bisa menyaksikan ka'bah dengan kedua mata secara langsung. Ka'bah sebagai pusat ibadah Umat Islam memang memiliki kekuatan sendiri. Berlembar-lembar halaman doa yang saya siapkan untuk dipanjatkan, seketika tak berarti. Karena seketika saya merasa bahwa bisa berdiri di hadapan Ka'bah dengan kondisi sehat bersama kedua orang tua merupakan nikmat yang sangat luar biasa. Rasa syukur atas nikmat yang telah diberi Allah selama ini membuncah memenuhi relung hati.


     Selama Thawaf kami dibimbing oleh Muthawif dengan bantuan audio ear phone sehingga kami dapat mendengar dengan jelas panduan dari Muthawif. Setelah selesai thawaf, kami shalat sunah dua rakaat di belakang Hijr Ismail. Lalu kami melanjutkan rukun umroh selanjutnya, yakni Sai. Sai merupakan salah satu rukun umroh yang membutuhkan banyak tenaga. Tak heran banyak orang tua yang tumbang saat Sai. Setelah Sai dari Bukit Safa ke Bukit Marwah selama 7 kali, kami menutup rangkaian rukun umroh dengan Tahalul. Alhamdulillah kami diberikan kelancaran dan tidak ada halangan yang berarti.

Tower Zamzam
Tower zam zam jadi patokan paling mudah untuk menemukan jalan pulang kami ke hotel. Jaraknya hampir 1 km atau sekitar 10-15 menit ditempuh dengan berjalan kaki.

Pemandangan dari hotel

Jalanan Mekkah setelah sholat jum'at
   Alhamdulillah kami berkesempatan untuk melaksanakan Sholat Jum'at di Masjidil Haram. Hari Jum'at disana itu seperti hari Minggu disini. Alhasil Masjidil Haram dan Jalanan Kota Mekkah tumpah ruah dipenuhi oleh puluhan ribu orang. Kepadatannya berkali lipat dari hari biasa.

    Selain beribadah di Masjidil Haram, kami juga City Tour di beberapa tempat sekitar kota Mekkah. Jabal Tsur, Jabal Rahmah, Jabal Nur dan kami juga berkeliling napak tilas ibadah haji ke Mina dan Muzdalifah. Walaupun beberapa tempat hanya kami saksikan di atas bus, namun dengan penjabaran detail dari Muthawif kami serasa berada dalam rangkaian ibadah haji yang sesungguhnya.
Jabal Tsur

Roomate selama di Mekkah dan Madinah

Jabal Rahmah





Semoga suatu saat kami diberi kesempatan kesana lagi untuk menunaikan Ibadah Haji. Aaminn, Aamiin ya rabbalalamin.












The Holy Trip 2018

by on 20.18
"Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu tapi Allah memampukan orang yang terpanggil"       Walaupun terdengar klise, ...

           
Pertama kali dengar tentang event tahunan Jazz Gunung Bromo, saya langsung memasukannya ke dalam bucket list. Pemandangan Bromo adalah salah satu alam Indonesia yang buat saya takjub. Berada di Bromo seperti berada di Negeri Dongeng atau adegan film fantasi Box Office. Walaupun bukan penggemar fanatik musik jazz, saya sangat menikmati musik Mocca, Monita Tahalea, Gleen Fredly dsb. Buat saya jazz itu menenangkan dan easy listening. I wondered how beautiful it would be, kalo Musik Jazz dan Bromo diramu dalam satu kemasan.


Bisa dibilang trip kali ini adalah trip ter-Niat saya. Tak terhitung berapa banyak teman yang jadi korban sayembara dalam perjuangan saya mencari teman ngetrip. Kebanyakan teman hanya mau menikmati indahnya bromo tanpa pengalaman Jazz Gunung. Nyari teman ngetrip aja susah gimana cari jodoh. Eh kok jadi baper.

Saya sempat meniatkan dengan atau tanpa teman saya akan tetap berangkat. Toh, ikut open trip nanti juga dapat teman. Fortunatelly, ada teman yang akhirnya berhasil saya racuni. Kiar namanya, partner saya lomba fisika waktu zaman SMA. Ya, si otak ikan mas ini (saya, red) dulu pernah ngewakilin Sekolah buat lomba fisika lho walaupun nggak menang.
Teman Ngetrip Utama

Waktu perjalanan kami banyak dihabiskan di Kereta Ekonomi Kertajaya tujuan akhir Surabaya Pasar Turi. Ini kali pertama saya naik kereta jarak jauh, ekonomi pula. Sudah terbayang gimana horor­-nya naik kereta ekonomi selama hampir 12 jam, jika mendengar testimoni dari pengalaman teman-teman. Setelah merasakan sendiri, buat saya naik kereta ekonomi cukup menyenangkan. Walaupun harus duduk berhadap-hadapan dan berbagi space kaki dengan orang lain, overall fasilitasnya oke. Tersedia colokan listrik di setiap deret kursi, dilengkapi pendingin ruangan, kamar mandi cukup bersih dan sandaran kursi yang tidak terlalu keras.
spot charger
Pendingin Ruangan

Yang buat saya cukup surprised adalah ternyata yang duduk di kursi hadapan saya itu junior saya di STAN dan ikut open trip yang sama. Namanya sama pula kayak saya, Rizky.  What a coincidence! Akhirnya selama trip kami seringnya bertiga sampai dicengin Cinta Segitiga oleh teman trip lain (-_-). Dan karena sapaan kami bertiga sama-sama “ki!”, kami sering serentak menoleh saat dipanggil.

Yang agak mengecewakan dari trip kali ini adalah kenyataan kalau kami nggak ‘dapat’ sunrise karena kesiangan sampai pananjakan. Buat saya sih not a big deal, karena sebelumnya saya sudah pernah dan buat saya hunting sunrise di Pananjakan itu tak ubahnya berkumpul sama lautan manusia saking ramainya. 
Mt Batok, Bromo dan Semeru

Dari pananjakan langkah kami beranjak ke spot selanjutnya yakni Bukit Teletubbies. Meski tak seindah waktu pertama kali saya kesana  (karena sedang musim kemarau), melihat hamparan savana sejauh mata memandang adalah salah satu nikmat dunia yang tak bisa didustakan. Nikmat tersebut bertambah kali kami  menyantap semangkuk hangat bakso malang.

Bukit Teletubbies Saat Kemarau
Setelah puas berfoto-foto di Bukit Teletubbies perjalanan berlanjut ke Pasir Berbisik, hamparan pasir luas dengan latar megah Gunung Bromo dan Gunung Batok. Supaya mainstream harus foto sambil melompat tinggi ya, blog.            
Melompat Lebih Tinggi
  
Cukup bersantainya, saatnya trekking naik ke Kawah Bromo. Selain trekking, kalian sebenarnya bisa mencoba pengalaman naik kuda sampai bawah tangga. Karena ingin merasakan ‘naik’ gunung Bromo kami memilih trekking jalan kaki, menikmati setiap hembusan angin dan debunya. Track Bromo itu cukup tricky, terlihat dekat namun jauh. Kayak kamu (eaaaa).


Setelah penuh perjuangan dan hembusan napas yang semakin terengah, sampai lah kami di Kawah Gunung Bromo. Aktivitas gunung sepertinya cukup aktif mendengar dentuman dan letusan kecil dari bibir kawah. 

Selang beberapa menit kami kembali trekking turun dari Bromo. Saking ingin cepat sampai bawah, saya melangkahkan kaki cepat tanpa pertimbangan. Sampai di bawah, kaki saya gemetar. Sambil me-rileks-kan kaki yang gemetar,  saya dkk menikmati Pentol Daging enak dan murah :9

Puas menikmati indahnya Bromo kami segera menuju Homestay untuk selanjutnya bersiap dan bergegas menuju Venue Jazz Gunung Bromo yang berada di Jiwa Jawa Resort. Alhamdulillah, akhirnya saya bisa mencoret satu lagi Bucket List. 








Saya sangat menikmati pertunjukan. Alunan saxophone Paul McCandless with Charged Particles mengalun lembut di telinga. Suara Monita Tahalea semakin menyejukan udara malam Bromo. Petikan Gitar dan instrumen pendukung Dewa Budjana Zentuary terdengar apik. At last but not least, penampilan Maliq and the essential menutup rangkaian event Jazz Gunung Bromo dengan sangat pecah. Di tengah gelap malam dan jam mengantuk, Maliq mampu mengajak penonton ikut ‘berjingkrak’ atau minimal sekadar mengayunkan tangan ke kanan ke kiri. Salah satu yang membuat Jazz Bromo tak kalah menarik adalah MC Alit dan Gundi yang celotehannya selalu bisa membuat gelak tawa penonton. Absolutely enjoy the show!

Keesokan harinya agenda kami adalah wisata air terjun Coban Rondo. Sayangnya, lagi-lagi soal waktu kami batal kesana. Alhasil di hari kedua sekaligus terakhir ini, kami hanya ke spot oleh-oleh.  Manajemen waktu terlihat cukup mengecewakan. Untungnya, di pagi hari saya inisiatif hunting sunrise. Ya walaupun terlalu siang akibat menghindari cuaca dingin. Menelusuri jalan setapak, pagupon, kebun bawang, sampai akhirnya berada di bukit penuh ilalang dengan latar Gunung Batok, Bromo dan Semeru dari kejauhan. Satu kata, Indah.





Overall, saya sangat menikmati perjalanan kali ini. Berbeda saat ngetrip dengan banyak teman yang sudah dikenal dimana interaksi terbatas pada teman yang itu itu saja. Di trip kali ini saya kenal  dan berinteraksi dengan banyak orang baru. Junior kampus, mbak-mbak kritis tapi perhatian, mbak-mbak ceria dan keluarga yang rutin nonton event Jazz Gunung.
Teman Baru 
Semenjak bekerja di Bekasi yang notabene homebase agaknya saya jadi kembali jadi pribadi yang tertutup karena sudah merasa aman berada di Goa Plato. Berbeda saat pertama kali masuk kuliah dimana tak satu pun saya kenal, mau tak mau saya jadi terbuka dan welcome terhadap orang-orang baru. Mungkin suatu saat nanti harus coba solo backpacker supaya lebih welcome sama ‘dunia baru’.